Keseimbangan Hidup
Ada kesalahan-kesalahan yang sudah membudaya dalam cara pandang beragama, bahwa hidup harus seimbang antara dunia dan akhirat, antara materi dan spiritual, antara yang nyata dan yang tersembunyi. Lalu yang terjadi tumpang tindih. Dunia menindih akhirat, dan akhirat dikendalikan dunia, materi menjadi spirit, dan spiritual dimanfaatkan jadi industri ekonomi.
Apakah anda juga menganut pandangan seperti itu, atas nama keseimbangan hidup? Padahal yang dimaksud dengan keseimbangan hidup adalah menyeimbangkan diri dengan Kehendak-kehendak Ilahi, berserasi, berselaras dalam perintah dan laranganNya, dalam nikmat dan cobaanNya, dalam Taat dan saat anda maksiat padaNya.
Ada kesalahan-kesalahan yang sudah membudaya dalam cara pandang beragama, bahwa hidup harus seimbang antara dunia dan akhirat, antara materi dan spiritual, antara yang nyata dan yang tersembunyi. Lalu yang terjadi tumpang tindih. Dunia menindih akhirat, dan akhirat dikendalikan dunia, materi menjadi spirit, dan spiritual dimanfaatkan jadi industri ekonomi.
Apakah anda juga menganut pandangan seperti itu, atas nama keseimbangan hidup? Padahal yang dimaksud dengan keseimbangan hidup adalah menyeimbangkan diri dengan Kehendak-kehendak Ilahi, berserasi, berselaras dalam perintah dan laranganNya, dalam nikmat dan cobaanNya, dalam Taat dan saat anda maksiat padaNya.
Keseimbangan baru terjadi bila anda mewujudkan kehambaan agar bisa
bergantung pada Sifat–sifat KetuhananNya, sehingga cermin hati tak
bergoyang, iman menduduki rasa yaqinnya, dan yaqin menjadi transparansi
CahayaNya.
Seluruh proses hidup yang kita jalani dalam rangka menuju keseimbangan itu. Bukan membelah jiwa menjadi dua, satu sisi untuk dunia dan satu sisi untuk akhirat, satu sisi untuk makhluk dan satu sisi untuk Allah swt. Bila semua sisi untuk akhirat, dunia akan mendukung. Bila semua sisi untuk Allah, segala hal selain Allah akan mendukung. Semua terasa berat jika kita jalani bersama diri sendiri, bukan bersama Allah swt.
Seluruh proses hidup yang kita jalani dalam rangka menuju keseimbangan itu. Bukan membelah jiwa menjadi dua, satu sisi untuk dunia dan satu sisi untuk akhirat, satu sisi untuk makhluk dan satu sisi untuk Allah swt. Bila semua sisi untuk akhirat, dunia akan mendukung. Bila semua sisi untuk Allah, segala hal selain Allah akan mendukung. Semua terasa berat jika kita jalani bersama diri sendiri, bukan bersama Allah swt.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar