Do'a
Allah swt, bergegas menjawab para pendo’a, “Berdoalah padaKu, maka Aku Ijabah bagimu."
Ada yang salah atas doa-doa kita? Bunyi doa kita sudah bagus, munajat kita sangat indah, namun barangkali hati kita tidak beradab ketika berdoa.
Rupanya, doa kita tak lebih dari memaksa Allah untuk menuruti selera kita. Doa kita tak lebih dari mengatur takdir Allah atas kehidupan dunia akhirat kita. Doa kita lebih banyak memanfaatkan suasana terjepit belaka, untuk merajuk padaNya, bahkan tak lebih dari protes kita padaNya.
Allah swt, bergegas menjawab para pendo’a, “Berdoalah padaKu, maka Aku Ijabah bagimu."
Ada yang salah atas doa-doa kita? Bunyi doa kita sudah bagus, munajat kita sangat indah, namun barangkali hati kita tidak beradab ketika berdoa.
Rupanya, doa kita tak lebih dari memaksa Allah untuk menuruti selera kita. Doa kita tak lebih dari mengatur takdir Allah atas kehidupan dunia akhirat kita. Doa kita lebih banyak memanfaatkan suasana terjepit belaka, untuk merajuk padaNya, bahkan tak lebih dari protes kita padaNya.
Semoga doa-doa seperti itu telah menjadi masa lalu kita. Sedangkan doa
di masa depan kita adalah doa sebagai wujud kehambaan kita yang sangat
butuh, sangat lemah, sangat hina dan tak berdaya.
“Janganlah rasa sukamu atas doamu adalah ketika ditunaikan hajatmu, bukan karena engkau ditakdirkan bisa munajat kepadaNya...” demikian kata Syeikh Abul Hasan Asy-Syadzily.
Semoga itu, masa depan doa kita. Karena doa lebih utama dibanding terkabulnya doa. Karena dalam doa ada munajat komunikatif dan interaktif dengan Allah swt.
“Janganlah rasa sukamu atas doamu adalah ketika ditunaikan hajatmu, bukan karena engkau ditakdirkan bisa munajat kepadaNya...” demikian kata Syeikh Abul Hasan Asy-Syadzily.
Semoga itu, masa depan doa kita. Karena doa lebih utama dibanding terkabulnya doa. Karena dalam doa ada munajat komunikatif dan interaktif dengan Allah swt.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar