Do'a

Do'a
Allah swt, bergegas menjawab para pendo’a, “Berdoalah padaKu, maka Aku Ijabah bagimu."
Ada yang salah atas doa-doa kita? Bunyi doa kita sudah bagus, munajat kita sangat indah, namun barangkali hati kita tidak beradab ketika berdoa.

Rupanya, doa kita tak lebih dari memaksa Allah untuk menuruti selera kita. Doa kita tak lebih dari mengatur takdir Allah atas kehidupan dunia akhirat kita. Doa kita lebih banyak memanfaatkan suasana terjepit belaka, untuk merajuk padaNya, bahkan tak lebih dari protes kita padaNya.

Semoga doa-doa seperti itu telah menjadi masa lalu kita. Sedangkan doa di masa depan kita adalah doa sebagai wujud kehambaan kita yang sangat butuh, sangat lemah, sangat hina dan tak berdaya.
“Janganlah rasa sukamu atas doamu adalah ketika ditunaikan hajatmu, bukan karena engkau ditakdirkan bisa munajat kepadaNya...” demikian kata Syeikh Abul Hasan Asy-Syadzily.

Semoga itu, masa depan doa kita. Karena doa lebih utama dibanding terkabulnya doa. Karena dalam doa ada munajat komunikatif dan interaktif dengan Allah swt.

Keseimbangan Hidup

Keseimbangan Hidup
Ada kesalahan-kesalahan yang sudah membudaya dalam cara pandang beragama, bahwa hidup harus seimbang antara dunia dan akhirat, antara materi dan spiritual, antara yang nyata dan yang tersembunyi. Lalu yang terjadi tumpang tindih. Dunia menindih akhirat, dan akhirat dikendalikan dunia, materi menjadi spirit, dan spiritual dimanfaatkan jadi industri ekonomi.

Apakah anda juga menganut pandangan seperti itu, atas nama keseimbangan hidup? Padahal yang dimaksud dengan keseimbangan hidup adalah menyeimbangkan diri dengan Kehendak-kehendak Ilahi, berserasi, berselaras dalam perintah dan laranganNya, dalam nikmat dan cobaanNya, dalam Taat dan saat anda maksiat padaNya.

Keseimbangan baru terjadi bila anda mewujudkan kehambaan agar bisa bergantung pada Sifat–sifat KetuhananNya, sehingga cermin hati tak bergoyang, iman menduduki rasa yaqinnya, dan yaqin menjadi transparansi CahayaNya.

Seluruh proses hidup yang kita jalani dalam rangka menuju keseimbangan itu. Bukan membelah jiwa menjadi dua, satu sisi untuk dunia dan satu sisi untuk akhirat, satu sisi untuk makhluk dan satu sisi untuk Allah swt. Bila semua sisi untuk akhirat, dunia akan mendukung. Bila semua sisi untuk Allah, segala hal selain Allah akan mendukung. Semua terasa berat jika kita jalani bersama diri sendiri, bukan bersama Allah swt.